Waktu itu malam bulan Ramadhan di tahun 1995. Kehidupan saya pada saat itu sudah cukup mapan. Memiliki mobil pribadi, rumah pribadi, istri yang baik, dan seorang putri masih sekolah di SLTA. Saya solat, namun belum sebagus orang-orang alim yang sering saya temui di mesjid. Doa doapun belum banyak yang saya hafal. Jika berdoa-pun saya selalu menggunakan bahasa Indonesia, namun selalu didahului dengan membaca Surah Al-Fatihah, istghfar dan salawat kepada Nabi SAW. Setiap akhir doa saya tetap bersalawat kepada Nabi SAW dan mengucapkan alhamdulillahi rabbil ‘alamiin. Saya beragama secara biasa-biasa saja. Saya tidak membenci orang yang tidak solat atau tidak puasa, saya berpikir nanti juga mereka akan solat ataupun puasa. Toh saya juga belum tentu lebih baik dari mereka. Teman saya juga dari berbagai kalangan, ada orang Batak yang Kristen, ada Batak Islam, ada yang Jawa Kristen ada yang Jawa Islam, ada orang Bali yang Hindu, macam-macamlah, karena saya orang kerja yang harus berinter-aksi dengan siapapun tanpa memandang suku atau agama yang dianutnya. Ada juga yang sangat taat beragama dan sering menyindir-nyindir saya, karena saya belum berhaji, padahal mampu. Saya diam saja.
Saya harus ada di Mekah, sekarang juga.
Sampailah pada malam bulan Ramadhan di tahun 1995. Selesai solat tarawih dimesjid kampung dekat rumah, saya menonton televisi, saya masih ingat di RCTI, mengenai tayangan tarawih di Mesjidil Haram. Alhamdulillah, pesawat televisi yang saya memiliki cukup lebar layarnya, sehingga saya dapat melihat dengan jelas kerumunan orang yang sedang solat berjamaah yang kiblatnya ke Ka”bah. Pada saat kamera meng-close up Kabah begitu dekat, hati saya bergetar. Saya berkata kepada diri saya sendiri denganh tegas dan jelas: Saya harus ada disana saat ini juga. Saya ulangi lagi berkali-kali, saya harus berada disana, saya harus berada di Mekah bersama dengan yang lain-lainnya, tahun ini juga, sekarang, sekarang, sekarang. Saya gambarkan diri saya sudah berada di Mekah, sudah mengekan kain ihram, sudah tawaf. Saya bayangkan diri saya sudah benar-benar berada di Mekah.
Besoknya saya berangkat kekantor sepeti biasa. Setelah saya duduk diruangan serta menanda tangani berkas-berkas, sekretaris saya muncul dan bilang, Pak Hafid Pamuncak (cameraman senior, yang sering membantu biro perjalanan haji plus Maktour) ingin ketemu Mas Bambang. Semua rekan kerja saya, apakah itu sekretaris, staff admin, repoter atau camaraman menyapa saya dengan sebutan Mas bukan Pak. Saya pikir itu bagus, lebih egaliter dan tidak berbau feodal kantoran. Dan pastinya saya jadi muda terus karena dipangil Mas....
Intinya Pak Hafid menyampaikan tawaran bos Maktour, Fuad Hasan Mansur, untuk mengajak saya berangkat haji. Saya tertawa, saya pikir Hafid ini bercanda, karena jadwal keberangkatan haji waktunya tidak lama lagi. Dia meyakinkan saya bahwa apa yang dia bilang sungguh-sungguh, bukan main-main. Oke, saya bilang, saya harus bayar berapa. Tidak Mas, tidaak, Mas Bambang tidak bayar, tapi diundang oleh Pak Fuad.
Surat kesehatan urus sendiri.
Hafidz kelihatannya sungguh-sungguh. Kemudian saya mulai bergerak, menyiapkan foto-foto dan keperluan lain diantaranya surat kesehatan, biasa disebut kartu kuning. Karena saya tidak memegang berkas apapun mengenai keberangkatan saya, saya berinisiatif sendiri ke kanwil kesehatan untuk mendapat kartu kuning. Petugas disana meminta surat pengantarnya, sebab memang itu sudah lazim. Tapi saya bilang ini mendadak, nanti disusulkan. Petugas yang baik itu mengerti dan jadilah saya memilki kartu kuning yang penting saat kita memasuki Jeddah.
Rencana “naik haji” saya ini hanya diketahui oleh istri saya, yang lain tidak saya beri tahu, sebab rencana keberangkatan saya ini rada aneh dan ajaib, yang secara akal sehat sesuatu hal yang tidak mungkin. Istri saya sering bertanya kesaya dengan nada heran campur tidak percaya, Pak bener ya mau kehaji, koq kelihatannya santai, nggak kayak orang-orang pada sibuk. Saya memang “santai”, kelihatan santai, namun sebenarnya tidak demikian. Selesai ngantor saya ke Maktour, bertemu Pak Fuad untuk merealisasikan keberangkatan saya. Pernah suatu saat bos Maktour itu bilang kesaya, mas Bambang, visa nya sulit banget nih, bagaimana kalau Mas Bambang umroh saja. Saya jawab dengan tenang, saya maunya haji beneran Pak.
Berangkat hanya diantar istri dan anak
Singkat cerita, setalah saya minta izin pimpinan, saya benar-benar berangkat ke Mekah bersama dengan orang-orang berduit yang harus membayar mahal, karena itu adalah haji plus. Pelepasan keberangkatan dilakukan di Hotel Kartika Chandra. Jika yang lain diantar oleh keluarga dan sanak saudara, saya hanya dilepas oleh istri dan anak saya. Tidak ada seorangpun ditempat tinggal saya yang mengetahui bahwa saya berangkat ke Mekah.
Tahun berikutnya berangkat haji bersama istri
Sesampai di Mekah setelah melakukan tawaf selamat datang, ya semacam minta izin-lah kepada Allah SWT (ada istilahnya, tapi saya lupa) saya langsung ketelpon umum untuk menelpon istri saya dan mengabarkan kalo saya sudah sampai di Mekah. Namun tanpa diduga-duga, diakhir percakapan saya katakan kepada istri saya kira-kira begini. Bu disini enak banget, tahun depan kita berangkat sama-sama ya. Istri sayaa diam saja. Saya ulangi lagi pertanyaan itu, namun dijawabnya lain dan dia mengatakan, udahlah pak, sekarang istrirahat dulu. Saya belum puas, saya bilang ibu harus jawab pertanyaan saya, tahun depan kita berangkat sama-sama. Sebelum istri saya menjawab ya, saya tidak akan matikan telpn. Akhirnya istri saya menjawab dengan ya, dan telepon saya matikan.
Ya, tahun haji berikutnya saya ke Mekah dengan istri saya melalui Maktour, tentu dengan membayar secara normal. Kalau tidak salah ada discont sedikit, saya lupa. Thakns Pak Fuad.
Perjalanan haji yang menyenangkan dan membahagiakan. Kami sekan-akan berada di surga dunia, menyenangkan, semua serba enak, nyaman, kita tinggal beribadah sekhusuk-khusuknya. Saya benar-bernar terasa ada disurga, konon jika kita berada di surga, kita baru berpikir saja atau istilah Jawa-nya ngretek dihati terhadap apa yang kita inginkan, barang itu sudah muncul. Ceritanya begini, pada waktu makan pagi, saya ngomong ke istri saya, enak kali’ ya kalau ntar siang makan pake sayur asem. Istri saya bilang begini, nggak mungkinlah Pak ini kan di Arab, mana ada sayur asem. Apa yang terjadi ? Ajaib. Aneh. Pas makan siang, benar-benar ada sayur asem, sebab kateringnya memang orang Indonesia. Yang membedakannya adalah sayur asemnya pake terong Arab. Tapi ngga apa-apalah, itu tetap sayur asem.
Alhamdulillah. Moral dari kisah saya ini adalah, tetaplah berdo’a dan memohon kepada Allah SWT. Dan tetaplah berpikiran positif. Allah mernciptakan pikiran yang merupakan bagian dari tubuh kita, dengan sifat-sifat dan karakteristik tersendiri. Pikiran mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat yang orang-orang di barat menyebutnya dengan MIND POWER.
Berpikirlah tentang kemakmuran, kesehatan yang prima, rejeki yang belimpah-limpah, kemampuan untuk bersedekah dalam jumlah besar, dan ketaatan beribadah, maka Allah Yang Maha Gagah Perkasa akan menggerakan jutaan para malaikat, alam semesta, orang-orang, peristiwa, kejadian-kejadian untuk mendorong kita menuju pencapaian seperti apa yang kita pikirkan.
Anda pun dapat melakukan apa yang sudah saya lakukan. Tuhan tidak akan mengubah Anda, sebelum Anda menguba diri Anda sendiri. Ubahlah cara berpikir kita, mulai sekarang. Tidak ada yang terlambat. Kesuksesan dan kebahagiaan hidup lahir batin, adalah hak Anda.
Jika ingin berkonsultasi untuk memberikan daya dorong pada motivasi, kekuatan pikiran pada hal-hal yang positif dan menghancurkan mental block yang mengunci pikiran Anda, saya siap menjadi konsultan Anda.
Bambang Sudiono
Hypnotherapist / motivator
\email: sdnbambang@yahoo.com
Blog : http://revito.blogspot.com/
Telp : Hypnotherapy Home 021-8201127
HP 081319021625
Minggu, 20 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
Pak Bambang, saya juga punya pengalaman seperti pak Bambang. Hidup saya lagi terbelit utang dan sampai suatu hari melihat tayangan mekah di televisi, lalu saya bertanya kpd suami " Pah...kita bisa gak yah kesana?" dan jawaban suami saya " Bisa mah..kalau gak sekarang nanti kalau aku pensiun( biayanya dari uang pensiun)" Setelah mendengar jawaban begitu saya menjadi tenang dan setiap kali sholat saya membayangkan berada dihadapan Ka'bah. Alhamdulillah tanpa saya kira setelah 1 bulan saya berhayal tiba2 seorang kakak memberangkatkan saya dan suami umroh. Sungguh semua adalah kuasa Allah.
Subhanallah, memang kalau Allah mau memberikan yang terbaik buat kita, pasti ada jalannya.
Pengalaman kita hampir sama pak Bambang, hanya kalau saya medianya baca koran sesuai pekerjaan yang harus saya lakukan sebagai sekretaris, menyaring berita yang harus dibaca bos. Tapi anehnya sekitar awal tahun 2006 setiap baca iklan penawaran perjalanan haji plus, kok saya terus ngayal ya, saya ingat betul saat itu yang ada dipikiran saya, saya mau naik haji tahun depan sama kakak laki-laki saya, saya mau nabung dulu, maklum saat itu saya belum punya cukup dana untuk pergi haji, tapi apa yang terjadi kemudian belum selesai saya baca koran kakak perempuan saya telp. dan menanyakan sedang apa saya, saya ceritakan apa khayalan saya dan apa jawabnya, nggak usah tahun depan, tahun ini saja, bawa sekalian kakak dan adik2mu, Subhanallah, seperti mimpi......dan jangan tanya apa yang terjadi sesudahnya kebahagiaan yang tiada tara......hadiah yang terindah. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah telah Kau berikan kakak yang terbaik yang dapat aku miliki.
aslkum,,subhanallohh...sungguh beruntung ibu dan bapa ini dipilih alloh tuk bertemu dengannya..sungguh saya adalah putra terakhir dari 12 bersaudara, beri'tikad menghajikan ibu saya.dalam usia 23 tahun saat ini saya telah menjabat kepala sekolah swasta tk di garut.mendapatkan motor,tanah dan beasiswa,kuliah s1 sampai selesei,semua itu diberikan allah sejak saya berniatkan menghajikan ibu tercinta, namun sampai saat ini belum ada jawaban dari allah..minta do'anya dari bapak ibu jika naik haji lagi saya sandra atas nama ibu saya enok mintarsyah di garut.
Asslm. sungguh beruntung jadi tamu nya Allah..dr tahun 1999 saya sdh bermimpi berangkat Haji, dn setiap ada tayangan di tv tentang Haji saya selalu ingin pergi ke sana. Pasti Allah punya rencana lain untuk saya, atau masih tertunda untuk ke sana sehingga sampai sekarang saya belum juga pergi ke Tanah Suci. Wsslm
Subhanallah sekali pengalamannya dan menginspirasi. Buah dari sebuah keyakinan memang indah
travel umroh yang terdaftar di departemen agama
kita juga harus teliti dalam memilih biro perjalanan
Posting Komentar